Penghormatan kepada Bunda Maria pada dasarnya sudah ada sejak zaman Gereja Perdana. Namun, karena suasana penganiayaan dan perlawanan yang kuat terhadap penyebaran agama Kristen pada masa itu tidak memungkinkan umat Gereja Perdana untuk memberikan penghormatan seperti yang kita adakan dewasa ini. Namun, bagaimanapun juga, penghor- matan kepada Bunda Maria sudah ada dalam liturgi, bahkan sejak sebelum Konsili Efesus (tahun 421).
Kita tahu bahwa para penulis besar dari abad pertama seperti St. Ignatius dari Antiokhia, St. Yustinus Martir, St. Ireneus, dan lain-lain telah menulis dan mengakui bahwa Maria adalah Perawan dan Bunda Allah. Setelah Konsili Nicea (325 CE), tulisan-tulisan tentang Bunda Maria makin berkembang, bukan hanya di Gereja Timur melainkan juga di Gereja Barat. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari kontroversi tentang Kristus sebagai Allah yang secara tidak langsung berhubungan dengan Maria sebagai Bunda Allah. Perkembangan akan cinta dan devosi kepada Kristus dan BundaNya memberikan Maria tempat yang istimewa dalam liturgi dan hal ini semakin nyata setelah Konsili Efesus. Namun kapan persisnya devosi kepada Maria dimasukkan dalam liturgi Gereja, tidak dapat diketahui dengan pasti.
Tulisan ini hanya membatasi pada perayaan-perayaan Maria dalam Liturgi Gereja Katolik Roma serta asal usul perayaan tersebut. Berbagai perayaan Maria dirayakan secara universal dan dicantumkan secara resmi dalam kalender Liturgi Gereja Katolik Roma. Perayaan-perayaan itu dibeda-bedakan sesuai tingkatnya, ada yang setingkat Hari Raya (Sollemnitas), Hari Pesta (Festum) dan Peringatan (Memoria). Hari-hari peringatan pun dibagi lagi dalam kategori peringatan wajib, fakultatif, dan peringatan khusus.
PERAYAAN-PERAYAAN YANG SETINGKAT HARI RAYA (SOLLEMNITAS)
Perayaan-perayaan setingkat Hari Raya (Solemnitas) dirayakan seperti hari Minggu. Dalam Ibadat Harian (Officium Divinum), perayaan pada tingkat ini dimulai pada sore hari sebelum hari raya yang bersangkutan, yang dikenal dengan istilah Ibadat Sore Pertama. Dengan demikian, Perayaan Ekaristi yang diadakan sore hari ini dapat menggantikan misa pada hari berikutnya.
Dalam Kalender Liturgi Gereja Katolik, terdapat empat perayaan Maria yang setingkat Hari Raya.
1. Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah
Perayaan ini dirayakan pada tanggal 1 Januari. Pengakuan akan kebundaallahan Maria merupakan unsur sentral dalam penghormatan umat Katolik terhadap Bunda Maria. Dasar pengakuan ini terutama Kitab Suci yang menyebutkan bahwa Yesus dilahirkan dari Santa Perawan Maria. Kalau kita mengakui Yesus sebagai Allah, maka kita pun mengakui Maria sebagai Bunda Allah.
Sekitar tahun 430, Nestorius memberikan ajaran bahwa Maria hanyalah Christotokos dan bukannya Theotokos. Dengan memberi gelar Christotokos, Nestorius mau mengatakan bahwa Yesus itu hanyalah Kristus, manusia yang terurapi dan bukan Allah. Dengan demikian, Maria hanyalah Bunda Kristus dan bukannya Bunda Allah. Ajaran sesat Nestorius ini terkenal dengan sebutan Nestorianisme. Aliran Nestorianisme ini ditentang keras oleh Konsili Efesus (431). Konsili menegaskan bahwa Maria itu Bunda Allah, Theotokos, karena dia melahirkan Allah.
2. Hari Raya Kabar Sukacita
Dasar biblis perayaan ini adalah kunjungan Malaikat Gabriel kepada Bunda Maria (Luk 1:26-38). Dalam kunjungan itu Malaikat Allah meminta kesediaan Maria untuk menjadi ibu bagi Putra Allah yang Mahatinggi. Peristiwa ini menjadi awal sejarah kekristenan dan atas kesediaan Maria, maka Allah menjelma menjadi manusia.
Santo Louis-Marie de Montfort (1673-1716) mengatakan bahwa Hari Raya Kabar Sukacita merupakan cikal bakal kehadiran Gereja. Bertitik tolak dari ajaran yang mengatakan bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus di mana Yesus berperan sebagai Kepalanya, St. Montfort berpandangan bahwa seorang ibu tidak mungkin hanya mengandung kepala tanpa tubuh.
Dengan demikian, penyerahan Gereja kepada Bunda Maria, bukan dimulai pada peristiwa di kaki salib ketika murid yang dikasihi Yesus diserahkan kepada Maria dan sebaliknya (Yoh 19:25-27), melainkan pada saat Maria dipercayakan untuk mengandung Putra Allah (Luk 1:28-38). Pesta ini dirayakan Gereja Katolik pada tanggal 25 Maret, tepat sembilan bulan sebelum kelahiran Yesus (Perayaan Natal).
3. Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga
Perayaan ini jatuh pada tanggal 15 Agustus, berdasarkan dogma yang dikeluarkan oleh Paus Pius XII tanggal 15 Agustus 1950. Ini merupakan dogma yang paling banyak menimbulkan kontroversi. Keyakinan dan khotbah-khotbah tentang pengangkatan Bunda Maria ke surga sudah mulai sejak abad ke-6. Namun sebagai dogma, baru dipromulgasikan pada tanggal 15 Agustus 1950 oleh Paus Pius XII.
Gereja meyakini bahwa Bunda Maria, yang secara istimewa dipersiapkan Allah menjadi tempat kediaman PutraNya, yang telah menjalani hidup dengan kesucian yang luar biasa, pada akhir hidupnya pasti mendapatkan keistimewaan dari Allah. Kalau sekedar mengatakan bahwa Maria dikandung secara istimewa, menjalani hidup secara istimewa dan mendapatkan pahala abadi secara istimewa, sebenamya tidak mengalami kesulitan. Tetapi yang menjadi kontroversi adalah pernyataan bahwa Bunda Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badan. Surga bukanlah locus, jadi bagaimana mungkin ada tempat untuk badan yang berbentuk materi?
Ajaran yang mengatakan bahwa Bunda Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badan merupakan suatu ungkapan dan keyakinan iman. Manusia kehabisan kata-kata untuk bisa menjelaskan dan mengungkapkan penghormatan dan penghargaannya atas keistimewaan Maria itu.
4. Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda
Perayaan ini jatuh pada tanggal 8 Desember karena berdasarkan pada dogma yang dikeluarkan oleh Paus Pius IX tanggal 8 Desember 1854. Dikatakan bahwa Bunda Maria sejak dikandung ibunya, tidak ternoda oleh dosa asal. Hal ini merupakan berkat rahmat dan keistimewaan yang secara khusus diberikan Allah karena dia dipersiapkan untuk menyambut Sabda Allah yang menjelma.
Dalam Bula “Ineffabilis Deus” Paus Pius IX mendefenisikan dogma Maria Dikandung Tanpa Noda sebagai berikut:
“Santa Perawan Maria, sejak saat pertama ia dikandung, oleh rahmat dan karunia yang istimewa dari Allah yang Mahakuasa, demi jasa-jasa Yesus Kristus, penyelamat bangsa manusia, tetap terjaga, luput dari segala noda dosa asal.”
Gereja percaya bahwa Allah menyiapkan suatu wadah yang pantas, yang khusus dan tak bercela. Suatu tempat yang layak bagi kediaman PutraNya. Dan Maria-lah yang dipilih Allah untuk menjadi wadah tersebut, sehingga sejak dikandung, Maria tidak terjangkit dosa asal.
PERAYAAN-PERAYAAN YANG SETINGKAT HARI RAYA (FESTUM)
1. Pesta Santa Perawan Maria Mengunjungi Elizabeth
Pesta ini dirayakan untuk mengenang kunjungan Maria kepada saudaranya Elizabeth di Ain Karim. Ain Karim adalah sebuah kota di Yehuda (di sebelah barat Yerusalem) yang berjarak kira-kira 10 km dari Yerusalem dan menurut tradisi merupakan tempat tinggal keluarga Imam Zakaria. Maria tinggal di sana selama tiga bulan (bdk. Luk 1:39-56). Pesta ini dirayakan tanggal 31 Mei.
2. Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria
Kita tidak mempunyai informasi biblis dan historis tentang kapan dan di mana Bunda Maria dilahirkan. Penyebutan nama Yoakim dan Ana sebagai orangtuanya pun hanyalah berdasarkan tradisi dan Injil Apokrief (Apokrief adalah buku-buku yang seringkali penuh legenda dan merupakan jiplakan dari kitab-kitab asli yang termasuk Kitab Suci, biasanya dibubuhi nama seorang tokoh Perjanjian Lama atau seorang Rasul sebagai pengarangnya).
Perayaan ini berawal dari tradisi Gereja Timur dan mulai berkembang di Gereja Barat sejak abad ke lima. Hari kelahiran Bunda Maria dirayakan Gereja Katolik pada tanggal 8 September.
PERAYAAN-PERAYAAN YANG SETINGKAT PERINGATAN (MEMORIA)
1. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Ratu
Setelah diangkat ke surga dengan jiwa dan badannya, Bunda Maria dinobatkan sebagai Ratu. Peringatan ini dirayakan tujuh hari setelah Hari Raya Bunda Maria diangkat ke Surga, yaitu pada tanggal 22 Agustus. Apakah Bala Malaikat di surga memerlukan waktu tujuh hari untuk mempersiapkan upacara penobatan Maria sebagai Ratu? Ini juga merupakan ungkapan iman yang tidak bisa lagi dijelaskan secara logis dan kronologis. Gereja kehabisan kosa kata
untuk mengungkapkan penghargaannya atas keistimewaan Bunda Maria.
2. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita
Kehidupan Bunda Maria tidak bisa dipisahkan dari kehidupan Yesus. Setelah merayakan Pesta Salib Suci, Gereja memperingati kedukaan Maria yang antara lain karena penyaliban Putranya. Maka peringatan ini dirayakan pada tanggal 15 September. Peringatan ini mulai dirayakan tahun 1668 dan ditetapkan sebagai perayaan untuk seluruh Gereja oleh Paus Pius VII pada tahun 1814 untuk mengenang penderitaan yang dialaminya dalam masa pembuangan di Prancis.
Peringatan Bunda Maria Berdukacita dikenal juga dengan nama “Tujuh Kedukaan Maria”. Ada begitu banyak kejadian dalam kehidupan Bunda Maria yang menggambarkan penderitaannya, namun Gereja menyebut tujuh yang lazim, yaitu: nubuat Simeon tentang suatu pedang yang akan menembus jiwanya, pengungsian ke Mesir, Yesus hilang di Bait Allah pada umur 12 tahun, Yesus ditangkap dan diadili, Yesus disalibkan dan wafat, Yesus diturunkan dari salib, dan Yesus dimakamkan.
3. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Ratu Rosario
Pada abad-abad pertama, peringatan Maria selalu dikaitkan dengan kehidupan Bunda Maria, namun sejak abad abad ke-12 Gereja menambah perayaan Maria yang berkaitan dengan kejadian-kejadian tertentu dalam kehidupan menggereja. Misalnya Peringatan “Maria Ratu Rosario” yang jatuh pada tanggal 7 Oktober. Peringatan ini dirayakan untuk mengenang kemenangan pasukan Katolik dalam perang Lepanto pada abad ke-15. Kemenangan ini diyakini karena umat berdoa memohon bantuan Bunda Maria dengan berdoa rosario. Tahun 1571 Paus Pius V menetapkan peringatan ini sebagai perayaan syukur dan pada tahun 1716 Paus Clement XI menetapkannya sebagai perayaan untuk seluruh Gereja.
4. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah
Persembahan Maria ke Kenisah juga tidak mempunyai informasi biblis, selain bersumber pada tradisi dan Injil Apokrief. Dalam hal ini Gereja boleh mengakui keunggulan Kitab Suci Al Quran yang memberikan informasi yang agak memadai tentang masa kecil Maria (bdk. Q 4 atau Sura Al Imran dan Q 19 atau Sura Al Maryam), termasuk persembahannya ke Kenisah. Peringatan Santa Perawan Maria dipersembahkan kepada Allah ini berawal dari tahun 543 untuk mengenang pemberkatan Gereja Bunda Maria di Yerusalem. Tahun 1585 perayaan ini dimasukkan dalam Kalender Liturgi Gereja Barat dan sekarang dirayakan sebagai pengakuan akan Bunda Maria yang merupakan kenisah di mana Allah (Putra) berdiam. Gereja merayakan peringatan ini pada tanggal 21 November.
Masih ada banyak peringatan lain yang dirayakan dalam liturgi Gereja Katolik baik yang bersifat fakultatif maupun secara khusus dirayakan oleh kelompok atau tarekat religius tertentu.
* sumber : Majalah Liturgi Vol. 17, No. 3, Mei-Juni 2006; diterbitkan oleh Komisi Liturgi KWI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar